Pesisir Kidul Sanden Bantul...ya itulah posisi rumah saya yg berada di utara pantai samudra hindia. Klagaran Gadingsari Sanden Bantul; merupakan sebuah desa yang jika ditarik garis lurus dari tepi pantai masih berjarak kurang lebih 3 km. .Suasana di desa yang masih alami dengan jarak 17 km dari kota Bantul dan 30 km dari kota Jogja. untuk menuju ke kutho atau negoro (begitu orang2 tua di desaku menyebut kota) memerlukan waktu sekitar 30-45 menit dengan sepeda motor kecepatan standar (60km/jam). Dahulu ketika masih kecil saya biasa pergi maen ke pantai berjalan kaki menyusuri tengah sawah kemudian melintasi gumuk-gumuk pasir yang naik turun. Sembari berjalan kami bisa menjumpai banyak pohon jambu mete, jambu kluthuk, jarak dan tanaman khas pantai lainnya
Di desa inilah kuhabiskan masa kecilku yang penuh dengan aneka cerita. Di awali pada pagi hari esuk uthuk-uthuk setelah subuh, saya bersama seorang teman sudah siap siaga dengan senjata sebuah senter kecil batu loro menyusuri kebon-kebon di desaku
untuk mencari sesuatu yang sangat berharga menurutku diwaktu itu. MLINJO, ya itulah namanya. Istilah golek mlinjo adalah kata yang familier untuk anak2 di desaku. Dengan golek mlinjo ini kami bisa menambah uang sangu sekolah kami dengan menjualnya ke bakul-bakul dengan harga Rp.100/ons. ohhhh...uang satus sudahlah sangatlah banyak dikala itu, bisa untuk membeli krupuk unyil, mbang gulo, marning, cang atom ataupun es dongdong. Untuk meraih semua itu, di desa kami sudah terbisa dengan kompetisi kecil untuk cepat2an mencari mlinjo atau istilahe mruput2an. Dengan senjata senter, kami menelusup dinginya pagi hari yang masih gelap mencari kebon yang ada wet mlinjone. setelah sampe ya biasalah kami thingak thinguk mencari barang kecil bernilai emas itu. iki....iki....iki....begitulah kata yg pasti terdengar kalau mendapatkannya, dan adakalanya klo uwet nya kecil kami akan ngerok nya dulu.... :D .
untuk mencari sesuatu yang sangat berharga menurutku diwaktu itu. MLINJO, ya itulah namanya. Istilah golek mlinjo adalah kata yang familier untuk anak2 di desaku. Dengan golek mlinjo ini kami bisa menambah uang sangu sekolah kami dengan menjualnya ke bakul-bakul dengan harga Rp.100/ons. ohhhh...uang satus sudahlah sangatlah banyak dikala itu, bisa untuk membeli krupuk unyil, mbang gulo, marning, cang atom ataupun es dongdong. Untuk meraih semua itu, di desa kami sudah terbisa dengan kompetisi kecil untuk cepat2an mencari mlinjo atau istilahe mruput2an. Dengan senjata senter, kami menelusup dinginya pagi hari yang masih gelap mencari kebon yang ada wet mlinjone. setelah sampe ya biasalah kami thingak thinguk mencari barang kecil bernilai emas itu. iki....iki....iki....begitulah kata yg pasti terdengar kalau mendapatkannya, dan adakalanya klo uwet nya kecil kami akan ngerok nya dulu.... :D .
Ndeso identik dengan areal persawahan yang luas. Ya gak beda dengan desa2 lainnya disebelah selatan desa kami adalah sawah yang subur yang berhubungkan dengan pegunungan pantai pesisir kidul. Jadi di tepi sawah sudah bisa memandang pegunungan pantai dan suara gemuruh ombak sudah terdengar dari sini. Sawah yang subur dengan kebanyakan ditanami padi, brambang, lombok de el el. Jika pas musim tanam padi, anak2 di desaku suka pada mancing welut. Setelah padi berumur 1 - 2 minggu dan sebelom di gosrok, bisa dijumpai anak2 pada nurut galengan untuk mencari yang disebut cop welut. yaaa cop welut adalah lubang dimana belut pada sembunyi didalam lumpur. dengan bekal seutas senar , pancing dan umpan cacing tanah kami nurut galengan dengan lingak-linguk. Jika ada cop yang mliding kami pun berhenti untuk memasukan umpan ke dalam cop tersebut. tetapi kadang yang berada dalam cop tersebut belom tentu welut, kadang bisa yuyu atau pun ulo....wuihhhh rasanya senang banget pabila umpan itu di enduk dan akhirnya bisa mendapatkan welut. di goreng bawang uyah lalu nasine kemebul jian josss tenan.... :D
Btw, pantai yang terkenal di daerahku adalah Pantai Pandasari (Patihan), Kuwaru dan Pandansimo. Pantai Pandansari dulunya lebih dikenal dengan nama Patihan yaitu nama desa di utara pantai yang banyak pohon jambu kluthuk nya. Di pantai ini ada yang khas yaitu mercusuar yang menjulang tinggi dengan lampu yang berputar jika pada malam hari. Pantai ini juga masih alami dengan pohon cemara yang sangat teduh di utara pantainya. Disini belom ada perahu pencari ikan dan hanya ada beberapa warung gubug2 sebagai tempat penitipan sepeda. Di hari minggu saja pantai ini agak rame dengan banyak keluarga2 yang ingin menghirup segarnya udara pagi dengan olahraga atau cuma jalan-jalan aja. Sunmor in Pandansari, kata gaulnya untuk saat itu yang istilahnya meniru sunmor nya UGM hehe....
Pantai Kuwaru merupakan yang agak naik daun sekarang. Dengan gaya seperti Pantai Depok yang ada pasar ikannya lalu bisa beli ikan sekalian dimasak disana. Perbedaan antara kuwaru dan depok hanyalah klo Depok suasana nya panas klo siang sedangkan klo di Kuwaru kita bisa menikmati makan dibawah rindangnya pohon-pohon cemara laut dan angin laut yang berhembus menambah sejuk suasana. Di pantai ini terdapat perahu para nelayan yang akan mencari ikan, dan apabila kita ingin membeli ikan segar bisa menunggu para nelayan mendarat pada siang hari. Sedangkan Pantai yang terakhir yang dekat dengan desaku adalah Pandansimo. Di Pantai ini sama dengan Kuwaru juga banyak perahu-perahu para nelayan tetapi tidak ada TPI nya. Letak Pandansimo ini ditimur suangan atau pertemuan antara kali Progo dengan laut. Jika pada waktu gelombang tinggi di pantai ini sering terjadi pasang dan pernah mengahancurkan warung-warung yang ada ditepi pantai.
Itulah daerahku yang tercinta, yang anak anak mudanya udah mulai tidak bisa lepas dengan yang namanya HP yang katanya untuk update status di pesbuk, tetapi jika ditanya apa itu flashdisk? mungkin belom semua tau, atau mungkin mengira itu anaknya flash gordon..... Dan perlu diketaui bahwa dari sejak aku kecil sampe sekarang ini, bibir pantai sudah semakin bergeser keutara terkena abrasi, mungkin jaraknya sudah mencapai 5-10 meter. Apakah akhirnya desaku yang berjarak skitar 3km dari bibir pantai besok suatu ketika bisa menjadi mepet dengan pantai ataukah akan lenyap ditelan abrasi?...... i don' know... Wallahu'alam bishawab...
1 Comment:
Cerita mas Rahmad tentang pesisir kidul bikin aku terkesima, paling tidak apa yang tercerita mewakili apa yang dirasa anak2 pesisir, beda dengan aku yang anak kota, namun tahun 1980 an aku sempat setiap minggu ke pantai yang anda sebutkan, saya tahunya mbakalan Cangkring, ceritanya sir2anku rumahnya persia dipintu masuk panta pandansari itu, ya sudahlah, ngalah tiap minggu ngeterke pulang dari koskosan di Nyutran yogyakarta se pinggir pantai njenengan, namun kelanjutannya adalah "udan awu" sehingga kini yang terkenang hanyalah jambu mete dan wit nggayam disamping rumahnya, ehm critamu persis dulu saat aku masih sering kesana, btw kok sekarang jarang nulis mas?
Post a Comment