Sukses besar yang diraih oleh Saur Sepuh menyebabkan trend tersendiri untuk memproduksi film laga dengan sumber dari sandiwara radio. Tutur Tinular adalah salah satu yang ikut sukses mengikuti jejak pendahulunya, saur sepuh. Tutur Tinular berkisah tentang seorang pemuda Kurawan bernama Arya Kamandanu putra dari mpu Hanggareksa yang mempunyai kisah cinta penuh cerita dan intrik yang beberapa kali mengalami kekecewaan justru karena ulah kakak kandungnya sendiri Arya Dwi Pangga.
Banyak sekali wanita yang tergoda oleh buaian puisi yang dibuat Arya Dwipangga, termasuk orang-orang yang disayangi oleh Kamandanu.
Sehingga inilah merupakan awal dari permusuhan kakak beradik ini.Seperti biasa Serial Tutur Tinular disiarkan tiap hari oleh stasiun radio swasta maupun RRI dengan sponsor utama PT. Dankos Laboratories. Cerita S Tidjab ini sangat asyik untuk di dengarkan. Tutur Tinular bersaing ketat dengan Saur Sepuh sehingga penyiarannya pun mempunyai jeda waktu dari stasiun radio yang lain. Kalau gak salah ingat Saur sepuh rata-rata di putar jam 14.30 ataupun 15.30 sore sedangkan Tutur Tinular sendiri di putar sekitar pukul 18.30.
Dengan durasi 30 menit jalan cerita plus illustrasi dari sang pembawa cerita dan di potong minimal 3x iklan, rasanya waktu tersebut sangat kurang, dan selalu bikin penasaran untuk terus mendengarkan lagi keesokan harinya.
Salah satu iklan PT. Dankos Laboratories yang diselipin dalam sandiwara radio ini adalah iklan obat batuk Mixadin. Bunyinya begini “…ada petruk jadi aladin… sampean batuk minum mixadin …” dengan suara musik yang sangat mendukung sehingga terkesan lucu dan menarik untuk di ikutin pada setiap kali main dengan teman-teman.
Seperti halnya Saur Sepuh, Tutur Tinular juga mampu membuat pendengarnya terkesima. Karena memang inilah sandiwara radio, hiburan rakyat yang murah meriah. Sehingga pada masa kejayaannya para pemain sandiwara radiopun menjadi idola bagi para pendengarnya.
Sebut saja Elli Ermawaty pemeran dari Mei Shin, Arya Kamandanu masih tetap diperankan oleh Ferry Fadli. Bayangan-bayangan siapa Mei Shin atau Siapa Kamandanu tentu masing-masing orang mempunyai bayangan sendiri akan tetapi mempunyai kesamaan. Yaitu Mei Shin wanita tangguh dengan ilmu kanuragan yang mumpuni yang bias mengimbangi Arya Kamandanu, Sementara bayangan Arya Kamandanu sendiri adalah lelaki gagah yang punya ilmu kanuragan tinggi yang baik.
Adapun tokoh yang terlibat dalam Tutur Tinular adalah :
- Arya Kamandanu
Pemuda lugu dari desa Kurawan. Anak kedua dari Mpu Hangareksa. memiliki aji Saeti Angin (yang membuat tubuhnya seringan kapas dan gerakannya secepat angin) ajaran Mpu Ranubhaya, guru sekaligus pamannya. Mewarisi pedang Naga Puspa ciptaan gurunya, pedang liar yang mampu membuat orang-orang sekelilingnya mengejang kaku dan tak dapat bergerak. Kelak setelah tergigit oleh siluman naga puspa, Kamandanu menguasai ajian Naga Puspa Kresna.
Kamandanu menaruh hati kepada empat perempuan. Yang pertama kepada Nari Ratih, gadis dari desa Menguntur, yang kemudian dinikahi oleh Arya Dwipangga, kakak kandung Arya Kamandanu. Yang kedua kepada Mei Shin, perempuan pelarian dari tanah Cina yang kemudian 'dinodai' (mind my languange!) oleh Arya Dwipangga hingga hamil. Yang ketiga kepada Luh Jinggan, anak perempuan Mpu Lungga (yang mengajarinya ajian Naga Puspa Kresna). Cinta ini juga tak kesampaian. Yang keempat kepada Sakawuni, kolega sesama pendekar, putri Dewi Tunjung Biru, yang akhirnya dinikahinya. Dari pernikahannya ini Kamandanu beroleh seorang putra. Kelak setelah Singosari runtuh, Kamandanu menjadi senopati Majapahit. - Arya Dwipangga.
Putra sulung Mpu Hanggareksa, mahir dalam bersyair. Mudah jatuh cinta pada perempuan cantik, meski perempuan itu kekasih adiknya sendiri. Pada awalnya tak tertarik dengan ilmu kanuragan. Namun saat ia jatuh ke sumur tua (terhajar hingga cacat oleh Kamandanu yang murka akibat ulah si kakak yang menyakiti semua perempuan yang dicintai Kamandanu), ia bertemu dengan sosok tua misterius yang mengajarinya ilmu kanuragan. Kelak setelah lulus, Arya Dwipangga muncul kembali ke dunia nyata dan menyandang titel Pendekar Syair Berdarah, dengan senjata andalan Pedang Bulan Sabit Kembar. Memendam dendam tak terkira pada Arya Kamandanu yang telah membuatnya cacat.
Dwipangga memperoleh putra dari Nari Ratih (yang mati merana), bernama Panji Ketawang. Sementara dari Mei Shin yang dinodainya (again watch my language), Arya Dwipangga beroleh putri bernama Ayu Wandira yang kelak diangkat murid oleh Nini Ragarunting dan mewarisi ilmu selendang sakti Emban Gendong Momongan - Mei Shin.
Pendekar perempuan berdarah Tionghoa. Bersama suaminya Lo Shi Shan, merupakan sepasang pelarian dari tanah Tiongkok. Dikejar-kejar oleh tentara kaisar cina lantaran membantu meloloskan Mpu Ranubhaya yang menjadi tawanan balatentara cina. Dalam pelarian mereka terpaksa menerima titipan Pedang Naga Puspa milik Mpu Ranubhaya (pedang ini sebenarnya pesanan kaisar cina yang memaksa Mpu Ranubhaya untuk membuat senjata sakti).
Terdampar di pulau Jawa (hebatnya keduanya tiba-tiba mahir berbahasa Indonesia), Mei Shin dan suaminya juga menjadi buronan tentara Singosari. Setelah suaminya tewas, Mei Shin yang terlunta-lunta ditampung oleh Kamandanu. Benih cinta yang tertanam terbentur oleh peristiwa dinodainya (this the last one, I hope!) Mei Shin oleh Dwipangga dengan cara licik. Dalam keadaan hamil Mei Shin kembali terlunta-lunta sebelum ditemukan oleh Nini Ragarunting. Hanya beberapa saat setelah melahirkan Mei Shin harus bertarung dengan prajurit singosari dan terluka parah (hingga nyaris mati) oleh Dewi Sambi (terkenal dengan pukulan Tapak Wisa-nya). Kamandanu, melihat keadaan Mei Shin, putus asa dan mengira Mei Shin telah tewas.
Namun 'jasad' Mei Shin diam-diam diambil seorang tabib bernama Tuan Wong yang berhasil menghidupkan Mei Shin, mengangkat Mei Shin sebagai murid dan mengaruniainya ilmu Kabegjan (semacam ilmu kebatinan yang membuat pemiliknya tak pernah celaka, sepanjang si pemilik tak berdusta kepada diri sendiri). Mei Shin dikemudian hari terkenal sebagai tabib nomor satu dan berganti nama menjadi Nyai Paricara.
Ketiga tokoh tersebut merupakan tokoh sentral yang menjadi nyawa dalam sandiwara Tutur Tinular. Tutur Tinular masih digawangi oleh Ferry fadli dan Elly Ermawati.
Kelak Tutur Tinular dilanjutkan kisahnya dalam sandiwara Radio Mahkota Mayangkara. Bedanya Tutur Tinular berkisah tentang kerajaan Singasari, tapi mahkota Mayangkara berlatar belakang kerajaan Majapahit.
Jika teman-teman kangen ma intro Tutur Tinular yang dibawakan oleh mas Asdi Suhastra, i kalau mau donlot klik disini.
Sukses yang dibuat oleh Saur Sepuh membuat Tutur Tinular dibawa ke Layar Lebar. Adalah PT. Kanta Indah Film yang memproduksi Film Pertama Tutur Tinular ke Layar Lebar. Buah karya dari S Tidjab ini di produksi sampai 4 Film.
Tutur Tinular 1 Pedang Naga Puspa
Film Produksi tahun 1989 ini menceritakan tentang awal mula masuknya Mei Shin ke Jawa Dwipa. Arya Dwipangga anak dari Mpu Hanggareksa kerjaannya hanya membuat Syair, sedangkan adiknya Arya Kamandanu lebih tertarik ke ilmu kanuragan. Ia mempunyai pacar Nala Ratih yang kemudian direbut oleh Dwipangga untuk diperistri.
Sementara dari daratan Tiongkok sepasang pelarian melarikan diri dan dikejar oleh prajurit Mongol hingga terdampar ke tanah jawa. Adalah Mei Shin dan Pendekar Lou yang membawa Pedang Naga Puspa yang menjadi rebutan di dunia persilatan.
Film Ini dibintangi oleh : Beny G Raharja sebagai Arya Kamandanu, Elly Ermawati sebagai Mei Shin, Baron Hermanto sebagi Arya Dwi Pangga. Pertama kali melihat film ini sungguh jauuuh banget dari khayalan tentang siapa diri Mei Shin. Dalam Khayalan Mei Shin adalah sosok perempuan, dengan pakaian tentunya sudah menyesuaikan dengan pakaian jawa. Akan tetapi di film tetap berpakaian layaknya pendekar China. Huuuuh.. jadi agak diluar dugaan juga sih…. Film ini di produksi oleh PT. Kanta Indah Film.
Tutur Tinular 2 Pedang Naga Kresna
Sukses dengan Tutur Tinular 1 atau agaknya gak terlalu sukses juga sih, PT. Kanta Indah film kembali memproduksi Tutur Tinular 2 dengan Judul Pedang Naga Kresna. Dalam Film Ini agaknya PT Kanta Indah Film tidak mempercayakan pada aktor dari Tutur Tinular 1. jadi memang kalau di tonton secara bersambung, secara tidak langsung kita akan membandingkan dengan pemain terdahulu yang memerankan tokoh yang sama.
Dalam Film keduanya Arya Dwi Pangga diperankan oleh Hans Wanaghi sedangkan Mei Shin diperankan oleh Linda Yanoman.
Film dengan durasi 84 menit ini menceritakan tentang perjuangan Mei Shin. Lanjutan dari Kisah pertamanya . Mei Shin mengubur suaminya, lalu berjalan bersama Kamandanu. Mei shin yang membawa pedang Naga puspa yang menjadi rebutan, bertemu dengan pasukan Kediri dan berperang. Kemudian terjadi bentrok dan berhasil menyelamatkan diri.
Melihat kemolekan tubuh Mei Shin yang bersama Kamandanu, agaknya Dwipangga tidak tahan. Terjadilah pemerkosaan yang membuahkan seorang anak. Akan tetapi meski sakit hati, dengan jiwa ksatrianya Kamandanu mau menikahi Mei Shin yang telah dinodai oleh Dwipangga. Kemudian Mei Shin memberikan Pedang Naga Puspa kepada Kamandanu.
Dasar memang culas, Dwipangga melaporkan ke Kediri bahwa pedang Naga puspa dibawa oleh Kamandanu, sehingga rumah mpu Hanggareksa di obrak abrik prajurit Kediri.
Tutur Tinular 3 Pendekar Syair Berdarah
Tutur Tinular 3 di produksi Elang Perkasa Film. Setelah tutur Tinular 2 memasang actor yang berbeda, di film inipun tokoh Arya Kamandanu masih mencari-cari actor yang tepat. Adalah Sandy Nayoan yang berhasil membintangi Tutur Tinular 3 sebagai Arya Kamandanu. Disandingkan dengan Devi Permatasari dan Baron Hermanto acting Sandy Nayoan di uji. Setelah sukses membintangi Sengsara Membawa Nikmat di TVRI agaknya masuk ke Film Laga bukanlah merupakan hal baru. Di film ini acting Sandy Nayoan lumayan berhasil memikat penonton.
Pendekar Syair berdarah (arya Dwipangga) yang menebar maut dimana-mana. Arya Dwipangga mengacau Majapahit dengan tujuan membalas dendamnya pada Kamandanu, namun pihak kerajaan mengira pengacaunya Mpu Bajil , yang sedang memperdalam ilmu Aji Segara Geni.Untuk menyempurnakan ilmunya Mpu Tong Bajil sudah mandi 7 anak satria. Untuk melengkapi menjadi 8, ia menculik Panji Ketawang yang akan digunakan sebagai korban berikutnya.
Panji ketawang adalah kemenakan dari Arya Kamandanu. Dengan dibantu istrinya Sakawuni, Kamandanu bertarung dengan Tong Bajil yang memang ditugaskan pula oleh Majapahit untuk membawa kepala Tong Bajil.
Sementara Arya Dwipangga dengan tidak mempunyai hati mencari adiknya Kamandanu untuk balas dendam.
Ini saya cuplikan salah satu syair dari Arya Dwipangga... "“…aku datang dari balik kabut hitam…aku mengarungi samudera darah…akulah pangeran kegelapan…kan ku remas matahari di telapak tanganku.. kan ku pecahkan wajah rembulan, pecah terbelah…dengan KIDUNG PAMUNGKAS …kan ku buat dunia berwarna merah…. ""
Tutur Tinular 4 Mendung Menggulung Di Atas Majapahit
Merupakan film terakhir dari Tutur Tinular. Masih di produksi oleh PT. Elang Perkasa Film, kembali menyandingkan Beny G Raharja untuk memerankan Arya Kamandanu. Agaknya Beny G Raharja memang lebih tepat untuk memerankan Arya Kamandanu di bandingkan dengan Hans Wanaghi dan Sandy Nayoan.
Film terakhir ini berhasil membuktikan siapa Ramapati, tokoh culas yang selalu memutarbalikkan Fakta. Remy Silado sebagai Ramapati berhasil membuat penonton geram melihat kelakuannya. Dari segi face memang Remy Silado sangat cocok memerankan Ramapati, karena memang memiliki muka yang culas dan licik.
Arya Kamandanu di tuduh membunuh Mpu tong Bajil oleh Ramapati yang merupakan pembunuh sesungguhnya. Agaknya dendam pribadi antara Ramapati dan Kamandanu yang menyebabkan Ramapati berlaku seenaknya, sampai memfitnah meracuni raja.
Keinginan utama Ramapati adalah agar Jayanegara naik tahta sehingga dengan mudah mengendalikannya. Kemudian pertemuan Kamandanu dengan Nyai Paniscara yang dulunya adalah Mei Shin akan tetapi setelah menjadi tabib, Mei Shin menggunakan nama tersebut. Dan Mei Shin pun sudah tidak mau kembali ke masa lalu, karena memang pahit sekali, sehingga kecewalah Kamandanu karena Nyai Paniscara tidak mau mengakui bahwa sebenarnya ia adalah Mei Shin.
Sukses menjadi sandiwara radio dan di layar lebar, Tutur Tinular kembali diangkat ke Layar Perak. Adalah PT. Gentabuana Pitaloka yang membuat Tutur Tinular versi sinetron laga yang kemudian ditanyangkan oleh ANTV dan Indosiar.
Versi Sinetron laga justru lebih menarik dibandingkan dengan versi film layar lebarnya. Agaknya teknologi sangat mempengaruhi dari trik-trik yang ditimbulkan.
4 Comments:
wah..baca postingan sampean,bener2 mrasa kembali ke masa lalu.
waktu sandiwara radio itu diputar,saya masih SD.Almarhum Bapak saya paling seneng dengerin sandiwara radio saat itu,misteri gunung mrapi,ba2d tnah leluhur,saur sepuh dan tu2r tnular.sampe2 saya yg masih SD,ktularan dengerin.hingga dputar dlayar lebar maupun TV.
ngomong-ngomong,dapat dari mana tuh infonya,mas?padahal sudah 20 tahun lebih..
Ngobatin rindu, kembali ke masa lalu
sandiwara radio Tutur Tinular di putar tahun 80-an di radio swasta Ambon, radio Merpati satu2-nya hiburan yg populer thn itu, thnx mas atas postingannya
Pengen rasanya kembali kemasa sandiwara masih top,dibandingkan sekarang sinetron yang gak mutunya.kapan ya masa itu kembali lagi
Terasa kembali ke masa lalu..
Jgn lupa mampir ke web sy jg gan
www.istanamadumurni.web.id
Post a Comment